Boleh percaya boleh tidak. Tapi kesimpulan ini dilansir setelah para ilmuwan itu melakukan pengamatan atas batu yang ditemukan di sebuah peternakan dekat Gunung Rothwell, 50 mil sebelah barat Melbourne.
Mereka yakin batu-batu besar yang ditata di atas tanah itu bertujuan untuk memetakan pergerakan matahari, yang dibuat semacam jam matahari kuno oleh suku primitif.
Jika itu benar, maka para penata batu-batu itu diperkirakan telah mengenal astronomi sejak lama, sebelum jaman Stonehenge dan jaman piramida di Mesir ribuan tahun lalu. "Batu-batu tua ini telah ditata tepat untuk memetakan matahari," kata astrofisikawan profesor Ray Norris, yang berasal dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation Australia di Canberra.
"(Tata letak) ini tidak dapat dilakukan berdasarkan dugaan saja. Ini membutuhkan pengukuran yang sangat teliti dan tepat," jelasnya.
Diamati dari permukaannya, Profesor Norris mengatakan, batu yang diletakkan oleh suku Aborigin itu diperkirakan berusia 10.000 tahun yang lalu, bahkan ribuan tahun sebelum jaman Stonehenge dan piramida Mesir.
Sekelompok astrofisikawan Australia ini cukup terkenal karena temuannya yang relatif akurat berdasarkan pengamatan dari batu dan benda-benda fisika lainnya. Tetapi baru kali ini mereka datang dengan hasil temuan yang bisa memutarbalikkan sejarah.
Penelitian tetap berlanjut. Jika temuan definitif ini memang terbukti diletakkan sebagai sebuah jam matahari kuno, maka monumen Stonehenge yang terkenal dari Inggris relatif pendatang baru dalam dunia astronomi.
Sekadar diketahui, menurut sejumlah arkeolog, Stonehenge dibangun sekitar tahun 2.000-2.500 SM dan didirikan oleh sekelompok orang kuno untuk memberikan garis pandang untuk matahari dan bulan untuk kemudian dijadikan tanggal tertentu, khususnya untuk mengantisipasi datangnya musim panas dan musim dingin. Sementara piramida dibangun sekitar tahun 3.200 SM.
• VIVAnews
1 komentar:
Wah, Artikenya menarik & mendidik sekali,
Salam spirit dari Dayat's Artikel
Posting Komentar