Tampilkan postingan dengan label Robot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Robot. Tampilkan semua postingan
Kamis, 26 Mei 2011

Robot yang Mampu Kembangkan Bahasa Robot

Ilustrasi robot (slashgear.com)


Peneliti dari Australia baru-baru ini berhasil membuat sepasang robot yang mampu membuat bahasa untuk saling berkomunikasi di antara mereka sendiri. 
Robot yang diberi nama Lingodroid itu berhasil mengembangkan bahasa percakapan, baik dengan menggunakan konsep abstrak maupun konsep kongkrit. 
Di ajang IEEE International Conference on Robotics and Automation (ICRA), di Shanghai Ruth Schulz dan rekan-rekannya dari University of Queensland dan Queensland University of Technology mempresentasikan hasil temuan mereka itu.
Robot tersebut dilengkapi dengan platform bergerak, sebuah kamera, laser range finder, serta sonar untuk pemetaan dan sistem pengalihan diri dari rintangan. 
Robot ini juga memiliki mikrofon dan speaker untuk keperluan komunikasi verbal di antara mereka sendiri.
Proyek penelitian ini memposisikan kedua robot seperti ketika seseorang bangun dari tidur dan seluruh memori ingatannya terhapus. Mereka sama sekali tak mengenal bahasa Inggris atau bahasa lain, kemudian bertemu dengan robot yang bernasib sama. 
Seperti dikutip dari Discovery News, ternyata mereka berhasil menemukan kata-kata acak untuk mendeskripsikan tempat di mana mereka berada.

lingodroids language
Dua robot ini berhasil menyepakati beberapa kata untuk mendeskripsikan konsep arah dan jarak

Bila robot-robot tadi berada di tempat asing yang belum mereka kenal, maka robot ini akan memilih kata acak dari kombinasi suku-suku kata yang mereka ketahui untuk mendefinisikan nama tempat baru itu.
Dengan dasar itu, kedua robot ini bisa bermain bersama sambil mengembangkan kemampuan komunikasi mereka. Misalnya saja ketika salah satu robot berkata 'kuzo' maka kedua robot itu kemudian akan berlomba-lomba untuk menuju tempat yang mereka anggap sebagai 'kuzo'. 
Setelah ratusan kali permainan, kedua robot ini berhasil menyepakati arah-arah dalam 10 derajat serta jarak-jarak dalam 0,375 meter.
Dengan memakai bahasa yang baru mereka temukan, robot juga mampu membuat pemetaan ruangan, termasuk wilayah yang tak mampu mereka eksplor. 
Ke depan, para peneliti berharap Lingodroid bisa berbicara dengan konsep yang lebih baik, misalnya deskripsi bagaimana mereka bisa menuju sebuah tempat atau bagaimana cara mereka mengakses sebuah tempat di peta.
Yang lebih utama, teknik ini juga diharapkan bisa membantu robot untuk saling berkomunikasi di antara mereka sendiri, bahkan berkomunikasi dengan manusia.
Ilustrasi robot (slashgear.com)


Peneliti dari Australia baru-baru ini berhasil membuat sepasang robot yang mampu membuat bahasa untuk saling berkomunikasi di antara mereka sendiri. 
Robot yang diberi nama Lingodroid itu berhasil mengembangkan bahasa percakapan, baik dengan menggunakan konsep abstrak maupun konsep kongkrit. 
Di ajang IEEE International Conference on Robotics and Automation (ICRA), di Shanghai Ruth Schulz dan rekan-rekannya dari University of Queensland dan Queensland University of Technology mempresentasikan hasil temuan mereka itu.
Robot tersebut dilengkapi dengan platform bergerak, sebuah kamera, laser range finder, serta sonar untuk pemetaan dan sistem pengalihan diri dari rintangan. 
Robot ini juga memiliki mikrofon dan speaker untuk keperluan komunikasi verbal di antara mereka sendiri.
Proyek penelitian ini memposisikan kedua robot seperti ketika seseorang bangun dari tidur dan seluruh memori ingatannya terhapus. Mereka sama sekali tak mengenal bahasa Inggris atau bahasa lain, kemudian bertemu dengan robot yang bernasib sama. 
Seperti dikutip dari Discovery News, ternyata mereka berhasil menemukan kata-kata acak untuk mendeskripsikan tempat di mana mereka berada.

lingodroids language
Dua robot ini berhasil menyepakati beberapa kata untuk mendeskripsikan konsep arah dan jarak

Bila robot-robot tadi berada di tempat asing yang belum mereka kenal, maka robot ini akan memilih kata acak dari kombinasi suku-suku kata yang mereka ketahui untuk mendefinisikan nama tempat baru itu.
Dengan dasar itu, kedua robot ini bisa bermain bersama sambil mengembangkan kemampuan komunikasi mereka. Misalnya saja ketika salah satu robot berkata 'kuzo' maka kedua robot itu kemudian akan berlomba-lomba untuk menuju tempat yang mereka anggap sebagai 'kuzo'. 
Setelah ratusan kali permainan, kedua robot ini berhasil menyepakati arah-arah dalam 10 derajat serta jarak-jarak dalam 0,375 meter.
Dengan memakai bahasa yang baru mereka temukan, robot juga mampu membuat pemetaan ruangan, termasuk wilayah yang tak mampu mereka eksplor. 
Ke depan, para peneliti berharap Lingodroid bisa berbicara dengan konsep yang lebih baik, misalnya deskripsi bagaimana mereka bisa menuju sebuah tempat atau bagaimana cara mereka mengakses sebuah tempat di peta.
Yang lebih utama, teknik ini juga diharapkan bisa membantu robot untuk saling berkomunikasi di antara mereka sendiri, bahkan berkomunikasi dengan manusia.

Rabu, 04 Mei 2011

French Kiss Remote Robot Di Jepang




Siswa di Laboratorium Kajimoto (Jepang) bekerja pada teknologi sentuhan baru yang akan memungkinkan remote French Kiss.

Ini bisa disebut sebagai penciptaan kembali dari "French Kiss". Untuk saat ini ketika siswa berubah lidahnya pada sedotan, gerakannya masih setia direplikasi secara real time pada perangkat lain terhubung ke pertama. selanjutnya menghubungkan kedua gadget yang berikutnya, tetapi masih memungkinkan mereka berada di tempat lain.

Peneliti Laboratorium Kajimoto tidak hanya akan puas dengan gerakan berputar lidah. Bahkan itu adalah awal yang baik, mereka juga bekerja untuk menambah sensasi kelembaban dalam napas, mulut dan rasa. Dan tentu saja gadget ini bisa menjadi bi-directional kiss.

Penemu sudah berbicara bahwa aplikasi ini mungkin bisa digunakan oleh bintang yang akan merangkul para penggemarnya. Misalnya, Justin Bieber menyampaikan Perancis ciuman untuk ribuan wanita muda bersemangat.




Siswa di Laboratorium Kajimoto (Jepang) bekerja pada teknologi sentuhan baru yang akan memungkinkan remote French Kiss.

Ini bisa disebut sebagai penciptaan kembali dari "French Kiss". Untuk saat ini ketika siswa berubah lidahnya pada sedotan, gerakannya masih setia direplikasi secara real time pada perangkat lain terhubung ke pertama. selanjutnya menghubungkan kedua gadget yang berikutnya, tetapi masih memungkinkan mereka berada di tempat lain.

Peneliti Laboratorium Kajimoto tidak hanya akan puas dengan gerakan berputar lidah. Bahkan itu adalah awal yang baik, mereka juga bekerja untuk menambah sensasi kelembaban dalam napas, mulut dan rasa. Dan tentu saja gadget ini bisa menjadi bi-directional kiss.

Penemu sudah berbicara bahwa aplikasi ini mungkin bisa digunakan oleh bintang yang akan merangkul para penggemarnya. Misalnya, Justin Bieber menyampaikan Perancis ciuman untuk ribuan wanita muda bersemangat.

Selasa, 03 Mei 2011

Robot Penghibur Binatang Peliharaan

Bukan hal baru untuk sebuah webcam yang bisa memonitor binatang peliharaan melalui internet tetapi biasanya hanya sebatas melihat bagaimana keadaan anjing anda dan tetap saja si anjing merasa kesepian karena ditinggal pergi selama beberapa jam bahkan hari.

http://winarco.com/wp-content/uploads/2009/09/mint-robot2.jpg


Mint Robot 2 adalah robot yang tidak hanya berfungsi sebagai webcam melainkan bisa dijadikan teman bermain untuk anjing atau binatang peliharaan lain. Sebagai webcam, Mint Robot 2 mempunyai 2 buah kamera yang terletak di kedua bola matanya dan mempunyai fitur infrared untuk bisa melihat di dalam gelap. Di dalamnya juga terdapat speaker yang bisa mengaktifkan suara untuk memanggil anjing anda.

http://www.supercoolpets.com/pictures/mintrobot.jpg

Anda juga tidak perlu kuatir bahwa kamera yang ada akan rusak karena dijilat atau sebagainya karena di kedua bola mata tersebut telah terdapat sensor yang otomatis akan menutup atau melindungi kamera pada saat ada sesuatu yang mendekat, sama seperti mata kita. Terakhir adalh fungsinya yang bisa dijadikan teman bermain bagi binatang peliharaan dimana di Mint Robot 2 ini terdapat bola yang bisa dikontrol melalui remote control.

http://winarco.com/wp-content/uploads/2009/09/mint-robot3.jpg

Bola tersebut bisa di-set dan dilepas pada waktu tertentu atau anda bisa mengontrolnya secara manual melalui koneksi internet. Karena Mint Robot 2 dibuat oleh perusahaan yang sama dengan produk MintPad yang pernah kami bahas maka semuanya itu bisa dikontrol dengan MintPad ini.



Mint Robot 2 akan menjamin bahwa tidak hanya kita bisa sedikit lebih tenang dengan melihat binatang peliharaan melalui webcam tetapi juga bisa membuat anjing kita tidak kesepian pada saat kita di luar negeri.
Bukan hal baru untuk sebuah webcam yang bisa memonitor binatang peliharaan melalui internet tetapi biasanya hanya sebatas melihat bagaimana keadaan anjing anda dan tetap saja si anjing merasa kesepian karena ditinggal pergi selama beberapa jam bahkan hari.

http://winarco.com/wp-content/uploads/2009/09/mint-robot2.jpg


Mint Robot 2 adalah robot yang tidak hanya berfungsi sebagai webcam melainkan bisa dijadikan teman bermain untuk anjing atau binatang peliharaan lain. Sebagai webcam, Mint Robot 2 mempunyai 2 buah kamera yang terletak di kedua bola matanya dan mempunyai fitur infrared untuk bisa melihat di dalam gelap. Di dalamnya juga terdapat speaker yang bisa mengaktifkan suara untuk memanggil anjing anda.

http://www.supercoolpets.com/pictures/mintrobot.jpg

Anda juga tidak perlu kuatir bahwa kamera yang ada akan rusak karena dijilat atau sebagainya karena di kedua bola mata tersebut telah terdapat sensor yang otomatis akan menutup atau melindungi kamera pada saat ada sesuatu yang mendekat, sama seperti mata kita. Terakhir adalh fungsinya yang bisa dijadikan teman bermain bagi binatang peliharaan dimana di Mint Robot 2 ini terdapat bola yang bisa dikontrol melalui remote control.

http://winarco.com/wp-content/uploads/2009/09/mint-robot3.jpg

Bola tersebut bisa di-set dan dilepas pada waktu tertentu atau anda bisa mengontrolnya secara manual melalui koneksi internet. Karena Mint Robot 2 dibuat oleh perusahaan yang sama dengan produk MintPad yang pernah kami bahas maka semuanya itu bisa dikontrol dengan MintPad ini.



Mint Robot 2 akan menjamin bahwa tidak hanya kita bisa sedikit lebih tenang dengan melihat binatang peliharaan melalui webcam tetapi juga bisa membuat anjing kita tidak kesepian pada saat kita di luar negeri.

Minggu, 01 Mei 2011

Smartbird robot burung camar

Mencengangkan melihat inovasi teknologi yang ada pada SmartBird yang merupakan burung robot yang bisa terbang dengan gerakan hampir persis burung aslinya dan model burung ini memiliki kualitas aerodinamis yang sangat baik dan kelincahan ekstrem seperti burung yang normal. Dengan SmartBird, Festo si pembuatnya telah berhasil dalam menguraikan kemampuan penerbangan burung ke dalam teknologi yang bisa kita manfaatkan.




Robot burung ini membawa Teknologi bionik, yang terinspirasi oleh camar ikan haring, yang dapat memulai terbang dari tanah mandiri – tanpa mekanisme drive tambahan.
Sayapnya tidak hanya bergerak ke atas dan ke bawah, tetapi juga berputar pada sudut tertentu. Hal ini dimungkinkan oleh unit drive aktif diartikulasikan torsional, yang dalam kombinasi dengan sistem kontrol yang kompleks mencapai tingkat efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam operasi penerbangan. Festo telah demikian berhasil untuk pertama kalinya dalam menciptakan sebuah adaptasi teknis energi efisien model dari alam.
Robot ini memiliki bahan material carbon fiber dan elektronik kontrol denganb erat hanya 0.4 kilogram saja. Festo telah mendemonstrasikan teknologi yang menggambarkan seberapa canggih robot bisa terbang: SmartBird aerodinamis sangat efisien, bahkan memutar kepalanya seperti burung camar nyata lakukan untuk melakukan gerakan aerobatik.
Tetapi jika Anda berpikir tentang implikasi yang lebih besar dari Robot ini, kemungkinannya cukup mencengangkan: Bayangkan sebuah pesawat robot mata-mata berbasis pada teknologi ini, dikemas dengan sistem GPS yang ultra-ringan, baterai yang kuat dan kamera presisi tinggi dan mikrofon. Jenis data surveilans rahasia yang bisa dikumpulkan burung robot ini tentu akan mengesankan – dan lebih bergaya dari setiap perangkat drone mata-mata lain di luar sana.

Robot SmartBird ini menggunakan komunikasi radio Zigbee yang menyampaikan informasi penerbangan ke komputer yang mentrak, meningkatkan pergerakaannya.
Mencengangkan melihat inovasi teknologi yang ada pada SmartBird yang merupakan burung robot yang bisa terbang dengan gerakan hampir persis burung aslinya dan model burung ini memiliki kualitas aerodinamis yang sangat baik dan kelincahan ekstrem seperti burung yang normal. Dengan SmartBird, Festo si pembuatnya telah berhasil dalam menguraikan kemampuan penerbangan burung ke dalam teknologi yang bisa kita manfaatkan.




Robot burung ini membawa Teknologi bionik, yang terinspirasi oleh camar ikan haring, yang dapat memulai terbang dari tanah mandiri – tanpa mekanisme drive tambahan.
Sayapnya tidak hanya bergerak ke atas dan ke bawah, tetapi juga berputar pada sudut tertentu. Hal ini dimungkinkan oleh unit drive aktif diartikulasikan torsional, yang dalam kombinasi dengan sistem kontrol yang kompleks mencapai tingkat efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam operasi penerbangan. Festo telah demikian berhasil untuk pertama kalinya dalam menciptakan sebuah adaptasi teknis energi efisien model dari alam.
Robot ini memiliki bahan material carbon fiber dan elektronik kontrol denganb erat hanya 0.4 kilogram saja. Festo telah mendemonstrasikan teknologi yang menggambarkan seberapa canggih robot bisa terbang: SmartBird aerodinamis sangat efisien, bahkan memutar kepalanya seperti burung camar nyata lakukan untuk melakukan gerakan aerobatik.
Tetapi jika Anda berpikir tentang implikasi yang lebih besar dari Robot ini, kemungkinannya cukup mencengangkan: Bayangkan sebuah pesawat robot mata-mata berbasis pada teknologi ini, dikemas dengan sistem GPS yang ultra-ringan, baterai yang kuat dan kamera presisi tinggi dan mikrofon. Jenis data surveilans rahasia yang bisa dikumpulkan burung robot ini tentu akan mengesankan – dan lebih bergaya dari setiap perangkat drone mata-mata lain di luar sana.

Robot SmartBird ini menggunakan komunikasi radio Zigbee yang menyampaikan informasi penerbangan ke komputer yang mentrak, meningkatkan pergerakaannya.

Kamis, 28 April 2011

Robot Canggih Untuk Mengatasi Bencana Radiasi

Di tengah krisis nuklir yang terjadi di Jepang, robot-robot canggih berunjuk gigi dan siap melawan radiasi. Beberapa robot didatangkan khusus dari Australia, Amerika Serikat, dan Perancis guna mengatasi permasalahan terkait reaktor di Fukushima.


1. Monirobo (Monitoring Robot)


Monirobo didesain untuk bekerja di lingkungan dengan level radiasi yang terlalu tinggi bagi manusia. Robot seberat 600 kg ini memiliki lengan manipulator untuk menyingkirkan rintangan dan mengambil sampel.

Selain itu, robot ini juga dilengkapi detektor radiasi, kamera 3 dimensi, serta sensor temperatur dan kelembaban.

Robot setinggi 1,5 meter ini dikembangkan oleh Pusat Keselamatan Teknologi Nuklir Jepang dan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang setelah peristiwa kecelakaan nuklir Tokaimura pada tahun 1999.

Mampu bergerak dengan kecepatan 2,4 km/jam, robot ini memiliki pelindung anti-radiasi yang diperlukan untuk melindungi sensor dan peralatan elektronik yang dimilikinya.



2. Rainbow 5


Robot ini merupakan robot pertama produksi Tokyo Fire Department. Diperkenalkan pada tahun 1986, robot ini sebenarnya merupakan robot penyemprot air dan digunakan saat situasi kebakaran terlalu berbahaya bagi manusia.

Robot ini membantu menyemprotkan air dengan selang sepanjang 800 meter langsung ke kolam bahan bakar bekas di reaktor nomor 3 selama 13 jam.



3. 510 Packbots dan 710 Warriors


Kedua robot tersebut dikembangkan oleh iRobot Corporation of Bedford di Massachusetts. Robot ini bisa bergerak lebih lincah daripada Monirobo.

Keduanya mampu menaiki tangga, bahkan Warrior mampu menarik selang. Kelemahan dua robot tersebut adalah tak memiliki lapisan pelindung radiasi.



4. ERASE, EROS, dan ERELT


ERASE, EROS, dan ERELT adalah robot-robot yang dikembangkan oleh INTRA (Groupe d'INTervention Robotique sur Accidents). Ketiga robot tersebut khusus dirancang untuk mengatasi kecelakaan nuklir.

ERASE memiliki berat 6 ton dan memiliki manipulator hidraulis yang kuat. Adapun EROS dikhususkan untuk operasi di dalam ruangan.

Sementara itu, ERELT merupakan robot radio relay yang bisa dikontrol dari jarak beberapa kilometer. Pengiriman robot ini dibatalkan karena Jepang mengatakan belum memerlukannya.
Di tengah krisis nuklir yang terjadi di Jepang, robot-robot canggih berunjuk gigi dan siap melawan radiasi. Beberapa robot didatangkan khusus dari Australia, Amerika Serikat, dan Perancis guna mengatasi permasalahan terkait reaktor di Fukushima.


1. Monirobo (Monitoring Robot)


Monirobo didesain untuk bekerja di lingkungan dengan level radiasi yang terlalu tinggi bagi manusia. Robot seberat 600 kg ini memiliki lengan manipulator untuk menyingkirkan rintangan dan mengambil sampel.

Selain itu, robot ini juga dilengkapi detektor radiasi, kamera 3 dimensi, serta sensor temperatur dan kelembaban.

Robot setinggi 1,5 meter ini dikembangkan oleh Pusat Keselamatan Teknologi Nuklir Jepang dan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang setelah peristiwa kecelakaan nuklir Tokaimura pada tahun 1999.

Mampu bergerak dengan kecepatan 2,4 km/jam, robot ini memiliki pelindung anti-radiasi yang diperlukan untuk melindungi sensor dan peralatan elektronik yang dimilikinya.



2. Rainbow 5


Robot ini merupakan robot pertama produksi Tokyo Fire Department. Diperkenalkan pada tahun 1986, robot ini sebenarnya merupakan robot penyemprot air dan digunakan saat situasi kebakaran terlalu berbahaya bagi manusia.

Robot ini membantu menyemprotkan air dengan selang sepanjang 800 meter langsung ke kolam bahan bakar bekas di reaktor nomor 3 selama 13 jam.



3. 510 Packbots dan 710 Warriors


Kedua robot tersebut dikembangkan oleh iRobot Corporation of Bedford di Massachusetts. Robot ini bisa bergerak lebih lincah daripada Monirobo.

Keduanya mampu menaiki tangga, bahkan Warrior mampu menarik selang. Kelemahan dua robot tersebut adalah tak memiliki lapisan pelindung radiasi.



4. ERASE, EROS, dan ERELT


ERASE, EROS, dan ERELT adalah robot-robot yang dikembangkan oleh INTRA (Groupe d'INTervention Robotique sur Accidents). Ketiga robot tersebut khusus dirancang untuk mengatasi kecelakaan nuklir.

ERASE memiliki berat 6 ton dan memiliki manipulator hidraulis yang kuat. Adapun EROS dikhususkan untuk operasi di dalam ruangan.

Sementara itu, ERELT merupakan robot radio relay yang bisa dikontrol dari jarak beberapa kilometer. Pengiriman robot ini dibatalkan karena Jepang mengatakan belum memerlukannya.

Kamis, 14 April 2011

Robot Ini Solusi Komunikasi Mati Saat Bencana

Bencana datang dan susah masuk daerah rawan. Robot ini bisa membantu.



Suasana Kota Kesennuma, Jepang, setelah gempa bumi dan tsunami (AP Photo/Kyodo News)
 
Semua hal lumpuh saat bencana terjadi, termasuk sistem komunikasi. Padahal, untuk membangun jaringan komunikasi di area bencana sering kali makan waktu, dan itu berakibat fatal, menghambat kerja tim penyelamat untuk menyelamatkan banyak nyawa.

Namun, sistem terbaru berupa robot yang bisa terbang secara otonom kini sedang dikembangkan oleh Federal Institute of Technology in Lausanne (EPFL). Robot terbang ini bisa membentuk jaringan darurat nirkabel yang lebih cepat, lebih bisa diandalkan, dan lebih terjangkau.

Robot ini bagian dari Swarming Micro Air Vehicle Network (SMAVNET) atau  proyek riset Laboratory of Intelligent Systems (LIS) EPFL yang bertujuan mempelajari kecerdasan binatang, meniru dan perilaku kolektif koloni binatang atau serangga. "Tujuannya, untuk menciptakan sebuah sistem yang dapat diterapkan dalam skrenario bencana," kata ilmuwan riset LIS, Jean-Christophe Zufferey seperti dimuat CNN.

"Kami memulai penelitian di EPFL pada robot yang terispirasi biologi pada tahun 2001, mulai dari robot serangga yang bisa menghindar dari kemungkinan menubruk dinding atau tanah. Setelah sukses, kami melangkah maju dengan melakukan penelitian di luar ruangan."

Lantas, hal itu mengawali pembuatan "flying wing" atau "sayap terbang" -- satu dari 10 perangkat yang diterbangkan secara bersamaan -- sebagai bagian dari proyek SMAVNET.

Sayap-sayap terbang itu dibuat dari busa plastik ringan bertenaga baterai lithium di motor belakangnya. Micro Air Vehicles (MAVs) -- demikian ia dinamakan, diluncurkan seperti Frisbee.

Setelah mengudara, sistem autopilot akan mengontrol ketinggian, kecepatan, dan laju beloknya. Di saat yang sama  MAVs menghindari tabrakan udara dengan berkomunikasi satu sama lain melalui sensor aliran optik.

Sensor yang dipasang di depan setiap MAV, memungkinkan untuk mendeteksi jarak antara obyek dan  berubah arah jika mereka terlalu dekat satu sama lain. Inspirasinya berasal dari kerumunan semut yang berjalan beriringan dari sarang mereka ke sumber makanan.  "Sensor mirip dengan yang ditemukan di sebuah mouse komputer - mereka benar-benar detektor optik bagus," kata Zufferey.

Data final untuk proyek SMAVNET saat ini sedang dikumpulkan sebelum peneliti LIS memulai sebuah proyek tindak lanjut yang disebut "Swarmix"--  yang akan mengeksplorasi bagaimana kawanan robot dapat digunakan untuk membantu penanganan di daerah bencana.

Idenya, kelompok MAVs yang diterbangkan bersamaan akan dilengkapi dengan modul nirkabel kecil untuk membentuk sebuah jaringan ad-hoc yang bisa digunakan tim penyelamat untuk berkomunikasi.

Robot terbang kecil memiliki keunggulan daripada perangkat jaringan di atas tanah. Setidaknya, medan pasca bencana yang sulit tak lagi jadi halangan. Alat ini juga tak tergantung sensor yang mahal atau peralatan lahar.

Namun, alat ini belum sempurna. Perlu sejumlah modifikasi. Masalah yang paling kentara adalah daya tahan - MAVs yang berukuran kecil hanya mampu bertahan di udara selama 30 sampai 60 menit. Energi surya sedang dipertimbangkan untuk memecahkan masalah ini.

Sebaliknya, ada keuntungan dari ukuran pesawat yang kecil -- yang beratnya sekitar 420 gram, yakni tidak akan menyebabkan kerusakan jika menabrak sesuatu atau orang.

Tak hanya menyediakan jaringan komunikasi saat bencana, pesawat ini juga bisa digunakan dalam berbagai misi; foto udara, pemetaan 2D dan 3D, juga untuk pemantauan lingkungan.

Kapan produk ini bisa dipasarkan? Kata Zufferey, tunggu hingga dua sampai empat tahun mendatang.
• VIVAnews
Bencana datang dan susah masuk daerah rawan. Robot ini bisa membantu.



Suasana Kota Kesennuma, Jepang, setelah gempa bumi dan tsunami (AP Photo/Kyodo News)
 
Semua hal lumpuh saat bencana terjadi, termasuk sistem komunikasi. Padahal, untuk membangun jaringan komunikasi di area bencana sering kali makan waktu, dan itu berakibat fatal, menghambat kerja tim penyelamat untuk menyelamatkan banyak nyawa.

Namun, sistem terbaru berupa robot yang bisa terbang secara otonom kini sedang dikembangkan oleh Federal Institute of Technology in Lausanne (EPFL). Robot terbang ini bisa membentuk jaringan darurat nirkabel yang lebih cepat, lebih bisa diandalkan, dan lebih terjangkau.

Robot ini bagian dari Swarming Micro Air Vehicle Network (SMAVNET) atau  proyek riset Laboratory of Intelligent Systems (LIS) EPFL yang bertujuan mempelajari kecerdasan binatang, meniru dan perilaku kolektif koloni binatang atau serangga. "Tujuannya, untuk menciptakan sebuah sistem yang dapat diterapkan dalam skrenario bencana," kata ilmuwan riset LIS, Jean-Christophe Zufferey seperti dimuat CNN.

"Kami memulai penelitian di EPFL pada robot yang terispirasi biologi pada tahun 2001, mulai dari robot serangga yang bisa menghindar dari kemungkinan menubruk dinding atau tanah. Setelah sukses, kami melangkah maju dengan melakukan penelitian di luar ruangan."

Lantas, hal itu mengawali pembuatan "flying wing" atau "sayap terbang" -- satu dari 10 perangkat yang diterbangkan secara bersamaan -- sebagai bagian dari proyek SMAVNET.

Sayap-sayap terbang itu dibuat dari busa plastik ringan bertenaga baterai lithium di motor belakangnya. Micro Air Vehicles (MAVs) -- demikian ia dinamakan, diluncurkan seperti Frisbee.

Setelah mengudara, sistem autopilot akan mengontrol ketinggian, kecepatan, dan laju beloknya. Di saat yang sama  MAVs menghindari tabrakan udara dengan berkomunikasi satu sama lain melalui sensor aliran optik.

Sensor yang dipasang di depan setiap MAV, memungkinkan untuk mendeteksi jarak antara obyek dan  berubah arah jika mereka terlalu dekat satu sama lain. Inspirasinya berasal dari kerumunan semut yang berjalan beriringan dari sarang mereka ke sumber makanan.  "Sensor mirip dengan yang ditemukan di sebuah mouse komputer - mereka benar-benar detektor optik bagus," kata Zufferey.

Data final untuk proyek SMAVNET saat ini sedang dikumpulkan sebelum peneliti LIS memulai sebuah proyek tindak lanjut yang disebut "Swarmix"--  yang akan mengeksplorasi bagaimana kawanan robot dapat digunakan untuk membantu penanganan di daerah bencana.

Idenya, kelompok MAVs yang diterbangkan bersamaan akan dilengkapi dengan modul nirkabel kecil untuk membentuk sebuah jaringan ad-hoc yang bisa digunakan tim penyelamat untuk berkomunikasi.

Robot terbang kecil memiliki keunggulan daripada perangkat jaringan di atas tanah. Setidaknya, medan pasca bencana yang sulit tak lagi jadi halangan. Alat ini juga tak tergantung sensor yang mahal atau peralatan lahar.

Namun, alat ini belum sempurna. Perlu sejumlah modifikasi. Masalah yang paling kentara adalah daya tahan - MAVs yang berukuran kecil hanya mampu bertahan di udara selama 30 sampai 60 menit. Energi surya sedang dipertimbangkan untuk memecahkan masalah ini.

Sebaliknya, ada keuntungan dari ukuran pesawat yang kecil -- yang beratnya sekitar 420 gram, yakni tidak akan menyebabkan kerusakan jika menabrak sesuatu atau orang.

Tak hanya menyediakan jaringan komunikasi saat bencana, pesawat ini juga bisa digunakan dalam berbagai misi; foto udara, pemetaan 2D dan 3D, juga untuk pemantauan lingkungan.

Kapan produk ini bisa dipasarkan? Kata Zufferey, tunggu hingga dua sampai empat tahun mendatang.
• VIVAnews

Robot ITB Juara di Amerika

Robot ITB Juara di Amerika


Robot ITB, Zarqun dan ASA meraih juara pertama dan kedua dalam Trinity Fire Fighting Robot Contest 2011 yang diadakan di Connecticut, Amerika Serikat, 9 – 10 April 2011. Tim Robot ITB yang terdiri dari Syawaludin Rachmatullah, Samratul Fuady dan Ashlih Dameitry merupakan mahasiswa Teknik Elektro STEI ITB.
Zarqun yang merupakan robot andalan dari ITB ini menjadi juara pertama di kelas Senior Legged Robot (robot berkaki). Dan ini merupakan pencapaian yang sangat memuaskan, setelah tahun sebelumnya pada kompetisi yang sama robot Zarqun ini hanya menempati urutan ke 4.
Zarqun adalah jenis robot pemadam api yang dilengkapi berbagai alat sensor pendeteksi api. Dengan berat 3 kilogram dan tinggi sekitar 30 sentimeter, Zarqun merupakan robot cerdas berkaki yang dirancang untuk menolong manusia.

“Kami merancang robot ini sejak 2008. Saat kami ikut kontes nasional untuk pertama kalinya pada tahun 2009, kami juara. Setelah itu, kami menyempurnakan kembali robot yang kami buat. Sayangnya saat lomba di Amerika Serikat pada 2010, kami salah perhitungan sehingga hanya mampu duduk di peringkat keempat. Untuk kali ini, kami harus lebih baik karena sudah punya pengalaman sebelumnya” tutur Syawaludin
Akhirnya, setelah robot Zarqun disempurnakan, Tim ITB yang didampingi Dr. Kusprasapta Mutijarsa dan manajer Dody Suhendra ini berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan. Pengalaman mengikuti kontes robot internasional pada tahun lalu pun seakan menjadi senjata tersendiri untuk melakukan pembenahan pada robot Zarqun-nya. Meski komponen canggih yang ada pada Zarqun ini masih impor, tapi body dan perangkat lainnya adalah hasil rakitan dari tim. Zarqun ini mengandalkan sensor ultrasonic untuk menjelajahi ruangan dan sensor inframerah untuk mendeteksi adanya api. Menjadi jawara di kontes internasional merupakan kebanggaan yang sangat tak terhingga bagi tim ASA dengan robot Zarqun yang telah dikembangkan sejak 2008 lalu.

Robot ITB Juara di Amerika


Robot ITB, Zarqun dan ASA meraih juara pertama dan kedua dalam Trinity Fire Fighting Robot Contest 2011 yang diadakan di Connecticut, Amerika Serikat, 9 – 10 April 2011. Tim Robot ITB yang terdiri dari Syawaludin Rachmatullah, Samratul Fuady dan Ashlih Dameitry merupakan mahasiswa Teknik Elektro STEI ITB.
Zarqun yang merupakan robot andalan dari ITB ini menjadi juara pertama di kelas Senior Legged Robot (robot berkaki). Dan ini merupakan pencapaian yang sangat memuaskan, setelah tahun sebelumnya pada kompetisi yang sama robot Zarqun ini hanya menempati urutan ke 4.
Zarqun adalah jenis robot pemadam api yang dilengkapi berbagai alat sensor pendeteksi api. Dengan berat 3 kilogram dan tinggi sekitar 30 sentimeter, Zarqun merupakan robot cerdas berkaki yang dirancang untuk menolong manusia.

“Kami merancang robot ini sejak 2008. Saat kami ikut kontes nasional untuk pertama kalinya pada tahun 2009, kami juara. Setelah itu, kami menyempurnakan kembali robot yang kami buat. Sayangnya saat lomba di Amerika Serikat pada 2010, kami salah perhitungan sehingga hanya mampu duduk di peringkat keempat. Untuk kali ini, kami harus lebih baik karena sudah punya pengalaman sebelumnya” tutur Syawaludin
Akhirnya, setelah robot Zarqun disempurnakan, Tim ITB yang didampingi Dr. Kusprasapta Mutijarsa dan manajer Dody Suhendra ini berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan. Pengalaman mengikuti kontes robot internasional pada tahun lalu pun seakan menjadi senjata tersendiri untuk melakukan pembenahan pada robot Zarqun-nya. Meski komponen canggih yang ada pada Zarqun ini masih impor, tapi body dan perangkat lainnya adalah hasil rakitan dari tim. Zarqun ini mengandalkan sensor ultrasonic untuk menjelajahi ruangan dan sensor inframerah untuk mendeteksi adanya api. Menjadi jawara di kontes internasional merupakan kebanggaan yang sangat tak terhingga bagi tim ASA dengan robot Zarqun yang telah dikembangkan sejak 2008 lalu.

Diberdayakan oleh Blogger.

 
Design by IBENKZ TRILOGY © 2011