Tanaman yang mataharinya redup, hitam karena menyerap seluruh panjang gelombang warna.
Dari penelitian terakhir, di planet asing serupa Bumi yang memiliki lebih dari satu matahari kemungkinan terdapat pepohonan dan semak belukar. Namun, warnanya tidak hijau seperti warna pohon dan semak-semak di Bumi, melainkan hitam.
Tetapi, kondisi itu tergantung pada partikel cahaya yang tersedia untuk fotosintesis, proses di mana tumbuhan mengonversi sinar matahari menjadi energi. Fotosintesis memproduksi oksigen yang pada akhirnya menyediakan kebutuhan mendasar bagi sebagian besar kehidupan.
“Jika planet ditemukan dalam sistem yang memiliki dua atau lebih bintang, kemungkinan akan ada lebih dari satu sumber energi yang cukup untuk mendorong fotosintesis,” kata Jack O’Malley-James, peneliti dari University of St. Andrews, Skotlandia, seperti dikutip dari Space, 19 April 2011.
James menyebutkan, temperatur dari bintang juga menentukan warnanya dan warna sinar yang digunakan untuk fotosintesis. “Tergantung pada warna dari sinar matahari mereka, tanaman akan tumbuh secara berbeda,” ucapnya.
Dalam penelitian, James dan rekan-rekannya menguji potensi akan adanya kehidupan fotosintetik di sistem multi bintang dengan kombinasi bintang serupa matahari dan red dwarf yang berbeda-beda. Bintang serupa matahari diketahui menampung exoplanet, sementara red dwarf merupakan tipe bintang yang paling umum di galaksi kita.
Red dwarf, nama lain bintang yang berukuran lebih kecil dan relatif lebih dingin, juga umum ditemukan di sistem multi bintang. Saat ini, astronom berpendapat bahwa bintang-bintang red dwarf cukup tua dan stabil untuk memberi kesempatan berkembangnya kehidupan.
Di Bima Sakti, lebih dari 25 persen bintang serupa matahari dan 50 persen red dwarf ditemukan di sistem tatasurya multi bintang.
Peneliti menggunakan simulasi komputer di mana planet serupa Bumi berputar mengelilingi dua bintang yang saling berdekatan atau mengitari satu dari dua bintang yang berjarak cukup jauh. Tim peneliti juga melihat kombinasi skenario lain di mana dua bintang yang berdekatan dan satu bintang yang lebih jauh.
Mereka menemukan bahwa planet yang mengorbiti bintang seperti itu kemungkinan memang menampung pepohonan yang sangat berbeda dengan tumbuhan hijau yang biasa kita lihat di Bumi.
“Tanaman yang mataharinya redup, misalnya, akan tampak hitam karena menyerap seluruh panjang gelombang warna yang terlihat demi memanfaatkan sebanyak mungkin cahaya yang tersedia untuk proses fotosintesis,” kata James.
Tanaman itu juga akan mampu menyesuaikan diri dengan bintang mereka. Jika dunia yang mereka tinggali memiliki dua bintang serupa matahari, mereka kemungkinan memiliki kemampuan untuk memblokir radiasi ultraviolet. Sama seperti beberapa tanaman yang tumbuh di Bumi.
Pada laporan yang diungkapkan di ajang pertemuan Royal Astronomical Society di Llandudno, Wales itu, James dan timnya juga memprediksi tumbuhan di planet seperti itu kemungkinan memiliki mikroba yang bisa bergerak untuk merespons letupan mendadak matahari itu. Namun demikian, penelitian ini baru merupakan prediksi karena ilmuwan belum menemukan bukti konkrit akan adanya bentuk kehidupan di luar Bumi.
• VIVAnews
Tetapi, kondisi itu tergantung pada partikel cahaya yang tersedia untuk fotosintesis, proses di mana tumbuhan mengonversi sinar matahari menjadi energi. Fotosintesis memproduksi oksigen yang pada akhirnya menyediakan kebutuhan mendasar bagi sebagian besar kehidupan.
“Jika planet ditemukan dalam sistem yang memiliki dua atau lebih bintang, kemungkinan akan ada lebih dari satu sumber energi yang cukup untuk mendorong fotosintesis,” kata Jack O’Malley-James, peneliti dari University of St. Andrews, Skotlandia, seperti dikutip dari Space, 19 April 2011.
James menyebutkan, temperatur dari bintang juga menentukan warnanya dan warna sinar yang digunakan untuk fotosintesis. “Tergantung pada warna dari sinar matahari mereka, tanaman akan tumbuh secara berbeda,” ucapnya.
Dalam penelitian, James dan rekan-rekannya menguji potensi akan adanya kehidupan fotosintetik di sistem multi bintang dengan kombinasi bintang serupa matahari dan red dwarf yang berbeda-beda. Bintang serupa matahari diketahui menampung exoplanet, sementara red dwarf merupakan tipe bintang yang paling umum di galaksi kita.
Red dwarf, nama lain bintang yang berukuran lebih kecil dan relatif lebih dingin, juga umum ditemukan di sistem multi bintang. Saat ini, astronom berpendapat bahwa bintang-bintang red dwarf cukup tua dan stabil untuk memberi kesempatan berkembangnya kehidupan.
Di Bima Sakti, lebih dari 25 persen bintang serupa matahari dan 50 persen red dwarf ditemukan di sistem tatasurya multi bintang.
Peneliti menggunakan simulasi komputer di mana planet serupa Bumi berputar mengelilingi dua bintang yang saling berdekatan atau mengitari satu dari dua bintang yang berjarak cukup jauh. Tim peneliti juga melihat kombinasi skenario lain di mana dua bintang yang berdekatan dan satu bintang yang lebih jauh.
Mereka menemukan bahwa planet yang mengorbiti bintang seperti itu kemungkinan memang menampung pepohonan yang sangat berbeda dengan tumbuhan hijau yang biasa kita lihat di Bumi.
“Tanaman yang mataharinya redup, misalnya, akan tampak hitam karena menyerap seluruh panjang gelombang warna yang terlihat demi memanfaatkan sebanyak mungkin cahaya yang tersedia untuk proses fotosintesis,” kata James.
Tanaman itu juga akan mampu menyesuaikan diri dengan bintang mereka. Jika dunia yang mereka tinggali memiliki dua bintang serupa matahari, mereka kemungkinan memiliki kemampuan untuk memblokir radiasi ultraviolet. Sama seperti beberapa tanaman yang tumbuh di Bumi.
Pada laporan yang diungkapkan di ajang pertemuan Royal Astronomical Society di Llandudno, Wales itu, James dan timnya juga memprediksi tumbuhan di planet seperti itu kemungkinan memiliki mikroba yang bisa bergerak untuk merespons letupan mendadak matahari itu. Namun demikian, penelitian ini baru merupakan prediksi karena ilmuwan belum menemukan bukti konkrit akan adanya bentuk kehidupan di luar Bumi.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar