Peneliti memasang magnet di dalam mulut dan di lidah serta menggunakan sensor eksternal.
Sekelompok peneliti asal Inggris mengembangkan alat bantu bicara. Dengan alat ini, orang yang larynx, atau pangkal tenggorokannya diangkat, baik akibat kanker ataupun cidera, bisa kembali berbicara.
Sebagai informasi, saat ini, orang yang larynx-nya diangkat akan diberi katup di tenggorokannya untuk mengalihkan udara dari paru-paru ke esophagus atau kerongkongan. Namun, katup ini menjadi usang setelah digunakan dan harus diganti setiap beberapa bulan.
Kini, para peneliti menemukan alat penggantinya yang sekaligus bisa mendeteksi dan menerjemahkan pergerakan wajah saat seseorang berusaha untuk mengucapkan sebuah kata.
“Kami berhasil mengambil informasi dari bagaimana mereka menggerakkan bibir, gigi dan lidah. Dari informasi itu, kami merekonstruksi ucapan mereka,” kata Phil Green, peneliti dari University of Sheffield, Inggris, seperti dikutip dari MedIndia, 26 April 2011.
Perangkat itu sendiri menggunakan magnet kecil yang ditempatkan di dalam mulut serta di lidah untuk membentuk sebuah medan magnet. Sensor kemudian dipasang di perangkat headset eksternal untuk mendeteksi perubahan yang terjadi pada medan magnet di dalam mulut saat pasien berusaha mengucapkan kalimat. “Sejauh ini, sistem yang kami buat memang baru mengenali hanya sekitar 50 kata saja,” ucap Green.
Namun demikian, penambahan perbendaharaan kata bukan menjadi target berikutnya para peneliti. “Rencana yang akan dilakukan berikutnya adalah mengembangkan magnet yang bisa dipasang di dalam lidah,” kata James Gilbert, ketua tim peneliti yang berasal dari University of Hull.
Selain itu, Gilbert menyebutkan, timnya juga menargetkan untuk mengurangi ukuran headset yang digunakan sekecil mungkin. Kemungkinan sebesar perangkat Bluetooth saja.
• VIVAnews
Sebagai informasi, saat ini, orang yang larynx-nya diangkat akan diberi katup di tenggorokannya untuk mengalihkan udara dari paru-paru ke esophagus atau kerongkongan. Namun, katup ini menjadi usang setelah digunakan dan harus diganti setiap beberapa bulan.
Kini, para peneliti menemukan alat penggantinya yang sekaligus bisa mendeteksi dan menerjemahkan pergerakan wajah saat seseorang berusaha untuk mengucapkan sebuah kata.
“Kami berhasil mengambil informasi dari bagaimana mereka menggerakkan bibir, gigi dan lidah. Dari informasi itu, kami merekonstruksi ucapan mereka,” kata Phil Green, peneliti dari University of Sheffield, Inggris, seperti dikutip dari MedIndia, 26 April 2011.
Perangkat itu sendiri menggunakan magnet kecil yang ditempatkan di dalam mulut serta di lidah untuk membentuk sebuah medan magnet. Sensor kemudian dipasang di perangkat headset eksternal untuk mendeteksi perubahan yang terjadi pada medan magnet di dalam mulut saat pasien berusaha mengucapkan kalimat. “Sejauh ini, sistem yang kami buat memang baru mengenali hanya sekitar 50 kata saja,” ucap Green.
Namun demikian, penambahan perbendaharaan kata bukan menjadi target berikutnya para peneliti. “Rencana yang akan dilakukan berikutnya adalah mengembangkan magnet yang bisa dipasang di dalam lidah,” kata James Gilbert, ketua tim peneliti yang berasal dari University of Hull.
Selain itu, Gilbert menyebutkan, timnya juga menargetkan untuk mengurangi ukuran headset yang digunakan sekecil mungkin. Kemungkinan sebesar perangkat Bluetooth saja.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar