Jumat, 22 April 2011

Penjelasan Soal Fenomena Bukit Magnet

Kondisi alam bukit magnet membuat persepsi mata yang salah karena ada garis horizon palsu.


Salah satu daerah bukit magnet (www.team-bhp.com)

Seperti diberitakan sebelumnya, bahwa fenomena 'medan magnet' yang terjadi di Banyumas, Jawa Tengah, telah dibantah oleh para pakar.
Mereka mengatakan bahwa ini merupakan ilusi visual yang membuat kesan kepada mata bahwa sebuah jalan menurun terlihat seolah-olah sebagai jalan yang menanjak.
Fenomena ini tak hanya ada di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia, Situs ensiklopedia online Wikipedia bahkan memiliki data yang cukup lengkap di lokasi mana saja fenomena ini dijumpai.
Dalam sebuah penelitiannya, Paola Bressan, Monica Barracano, dan Luigi Garlaschelli dari Padova University dan Pavia University Italia, berkesimpulan bahwa efek yang lebih dikenal dengan istilah bukit magnet atau bukit anti-gravitasi ini faktanya hanya merupakan ilusi visual.
"Kami menyimpulkan bahwa efek ini terjadi dari sebuah mispersepsi seseorang terhadap gravitasi. Ini disebabkan oleh hadirnya 'garis horizon palsu' di lokasi itu," seperti tertera pada hasil penelitian tertulis mereka.
Penelitian mereka juga menemukan bahwa permukaan miring biasanya akan dipersepsikan lebih rendah daripada bidang horizontal, ketika didahului, atau diikuti, atau diapit oleh sebuah lereng turunan yang curam.
File:Magnetic Hill Moncton Front.JPG
Gambar bukit magnet di Moncton. Di sini terlihat seolah-olah jalanan di depan menanjak (Wikipedia)
File:Magnetic Hill Moncton Reverse.JPG
 Dari arah sebaliknya, terlihat bahwa sebenarnya jalanan itu menurun (Wikipedia)

Mereka yakin, efek ini bisa dibuat ulang secara artifisial tanpa campur tangan gaya magnet, anti-gravitasi, atau 'gaya-gaya misterius' lain.
Seorang ahli mata asal AS, Adelbert Ames, Jr pada 1934 menemukan sebuah tipuan visual yang sedikit banyak mampu menjelaskan fenomena bukit magnet yang terkenal dengan nama 'Ruang Ames'.
Ruang ini didesain sedemikian rupa, sehingga seolah-olah terlihat oleh mata berbentuk seperti kubik, dengan dua sisi dinding paralel serta lantai dan atap yang sejajar.

Padahal, bentuk sebenarnya ruangan ini adalah trapezoidal. Ruangan ini memiliki lantai dan atap yang miring serta salah satu sisinya memiliki tinggi dan panjang yang lebih besar ketimbang sisi lainnya.
Seorang ilmuwan AS bernama Richard Gregory mengatakan bahwa sebuah lokasi di sebuah pegunungan di Skotlandia memiliki komposisi latar belakang pohon yang mirip seperti ruangan Ames, sehingga aliran air di sebuah anak sungainya terlihat seolah-olah menanjak naik.
"Seharusnya sekarang lebih mudah untuk menciptakan efek ini di taman-taman atau museum iptek di mana pun," ungkap Paola Bressan dan kawan-kawan.
• VIVAnews

Berita Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

 
Design by IBENKZ TRILOGY © 2011