Penemuan menarik karena dapat menggambarkan masa depan dari sistem planet kita.
Penemuan planet yang mengorbit sebuah bintang di dalam galaksi Bima Sakti bukanlah hal yang baru. Akan tetapi, jika bintang dan planet-planet yang ditemukan ternyata lahir dari galaksi yang jauh dari Bima Sakti, ini merupakan temuan menarik.
Sebagai contoh adalah HIP13044b. Planet ini merupakan planet pertama yang terdeteksi hadir di galaksi Bima Sakti, namun lahir di luar galaksi kita. Planet berukuran setidaknya 1,25 kali Jupiter tersebut mengorbit pada sebuah bintang yakni HIP13044, sebuah bintang raksasa yang hampir mati.
HIP13044, sebelumnya tergabung dalam kelompok bintang yang disebut Helmi stream, sebuah galaksi kecil yang ‘dimakan’ oleh Bima Sakti sekitar enam sampai sembilan miliar tahun yang lalu.
“Penemuan ini merupakan bagian dari penelitian di mana kami mencari planet yang mengorbit bintang yang berada di penghujung hidupnya,” kata Johnny Setiawan, astronom dari Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), seperti dikutip dari Guardian, 22 November 2010.
Saat ini, HIP13044 berada di sekitar 2 ribu tahun cahaya dari Bumi. Astronom menemukan bintang tersebut menggunakan spektograf yang disambungkan dengan teleskop berukuran 2,2 meter di La Silla Observatory di Chile.
“Penemuan ini juga menarik karena dapat menggambarkan masa depan dari sistem planet kita, karena Matahari juga akan mengalami kematian dalam waktu sekitar 5 miliar tahun yang akan datang,” ucapnya.
Peneliti menyebutkan, planet HIP13044b sendiri relatif dekat ke bintang yang ia edari. Jarak terdekat dengan mataharinya hanya 0,055 kali jarak antara Bumi dan Matahari dan hanya perlu 16 hari untuk menyelesaikan rotasi.
Adapun bintang yang menjadi mataharinya telah melewati fase raksasa merah di mana ia membengkak berkali lipat dari ukuran aslinya akibat kehabisan hidrogen. Nasib yang sama akan dialami Matahari milik kita dalam beberapa miliar tahun ke depan.
“Bintang itu juga berotasi dengan cepat,” kata Setiawan. “Satu penjelasannya adalah karena HIP13044 menelan planet-planet terdekat saat memasuki fase raksasa merah. Itu membuat bintang tersebut berputar lebih cepat lagi,” ucapnya.
Meski demikian, kata Setiawan, masih ada yang belum dapat dijelaskan bagaimana planet mengorbiti bintang yang hanya punya sedikit elemen kimia di luar hidrogen dan helium bisa terbentuk, padahal hanya sedikit material pembentuk planet yang tersedia. Sampai saat ini, hanya sedikit planet yang didapati mengorbiti bintang seperti HIP13044.
“Pembentukan planet seperti HIP13044b masih merupakan teka-teki yang masih perlu diteliti,” kata Setiawan. “Planet di sekitar bintang seperti itu pastinya terbentuk dengan cara yang berbeda dengan terbentuknya planet biasa,” ucapnya. (hs)
• VIVAnews
Sebagai contoh adalah HIP13044b. Planet ini merupakan planet pertama yang terdeteksi hadir di galaksi Bima Sakti, namun lahir di luar galaksi kita. Planet berukuran setidaknya 1,25 kali Jupiter tersebut mengorbit pada sebuah bintang yakni HIP13044, sebuah bintang raksasa yang hampir mati.
HIP13044, sebelumnya tergabung dalam kelompok bintang yang disebut Helmi stream, sebuah galaksi kecil yang ‘dimakan’ oleh Bima Sakti sekitar enam sampai sembilan miliar tahun yang lalu.
“Penemuan ini merupakan bagian dari penelitian di mana kami mencari planet yang mengorbit bintang yang berada di penghujung hidupnya,” kata Johnny Setiawan, astronom dari Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), seperti dikutip dari Guardian, 22 November 2010.
Saat ini, HIP13044 berada di sekitar 2 ribu tahun cahaya dari Bumi. Astronom menemukan bintang tersebut menggunakan spektograf yang disambungkan dengan teleskop berukuran 2,2 meter di La Silla Observatory di Chile.
“Penemuan ini juga menarik karena dapat menggambarkan masa depan dari sistem planet kita, karena Matahari juga akan mengalami kematian dalam waktu sekitar 5 miliar tahun yang akan datang,” ucapnya.
Peneliti menyebutkan, planet HIP13044b sendiri relatif dekat ke bintang yang ia edari. Jarak terdekat dengan mataharinya hanya 0,055 kali jarak antara Bumi dan Matahari dan hanya perlu 16 hari untuk menyelesaikan rotasi.
Adapun bintang yang menjadi mataharinya telah melewati fase raksasa merah di mana ia membengkak berkali lipat dari ukuran aslinya akibat kehabisan hidrogen. Nasib yang sama akan dialami Matahari milik kita dalam beberapa miliar tahun ke depan.
“Bintang itu juga berotasi dengan cepat,” kata Setiawan. “Satu penjelasannya adalah karena HIP13044 menelan planet-planet terdekat saat memasuki fase raksasa merah. Itu membuat bintang tersebut berputar lebih cepat lagi,” ucapnya.
Meski demikian, kata Setiawan, masih ada yang belum dapat dijelaskan bagaimana planet mengorbiti bintang yang hanya punya sedikit elemen kimia di luar hidrogen dan helium bisa terbentuk, padahal hanya sedikit material pembentuk planet yang tersedia. Sampai saat ini, hanya sedikit planet yang didapati mengorbiti bintang seperti HIP13044.
“Pembentukan planet seperti HIP13044b masih merupakan teka-teki yang masih perlu diteliti,” kata Setiawan. “Planet di sekitar bintang seperti itu pastinya terbentuk dengan cara yang berbeda dengan terbentuknya planet biasa,” ucapnya. (hs)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar