Kamis, 14 April 2011

Sejarah Perompak Bajak Laut Somalia

 Rata-rata mereka masih berusia relatif muda. Namun, mengaku kian sulit mencari ikan di laut dan susah mendapat kerja di darat, para nelayan asal Somalia tersebut akhirnya nekad menyambung hidup dengan menjadi perompak.
Mereka tak lagi membawa jala dan tombak, melainkan memanggul senapan mesin dan peluncur roket. Tangkapan yang didapat bukan lagi ikan, melainkan manusia-manusia berikut kapal tanker atau kargo yang mereka kendalikan demi mendapat uang tebusan.
Dengan menggunakan perahu mesin, gerombolan nelayan tersebut tak takut mencegat kapal-kapal berbadan raksasa.
Terkadang, mereka mendapat "tangkapan sampingan": mulai dari senjata mesin dan tank T-72 buatan Rusia yang diangkut kapal kargo Ukraina, MV Faina, hingga minyak mentah seharga US$100 juta yang dibawa sebuah kapal tanker Saudi, Sirius Star.



Dinas Maritim Internasional melaporkan bahwa sebanyak 42 kapal telah dibajak di perairan Somalia sepanjang tahun ini. Para ahli dari Kenya mengatakan bahwa kawanan bajak laut telah mengantongi US$ 30 juta uang tebusan. Keadaan di daratan dan perairan Somalia memang sangat jauh berbeda. Warga Somalia menderita karena sedang berupaya melalui krisis politik dan ancaman kelaparan. Sedangkan kawanan bajak laut menghambur-hamburkan uang di berbagai kota di Somalia utara

Warga Somalia mengatakan bahwa bajak laut mampu membangun rumah, membeli telepon selular mahal, dan mobil SUV berpendingin, membanjiri teman dan kerabat dengan hadiah ratusan atau kadang ribuan dolar. Mereka juga mencuri perhatian perempuan-perempuan cantik yang tampaknya berdatangan dari segala penjuru ke kota yang dipenuhi bajak laut .


"Bajak laut adalah orang paling hebat di sini," Gadis-gadis dari seluruh Somalia datang ke sini untuk menikahi bajak laut. Namun kalau gadis itu tidak cantik, maka keberuntungan tidak akan menyertainya karena para bajak laut hanya menginginkan gadis-gadis cantik."

Berita Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

 
Design by IBENKZ TRILOGY © 2011