Air Tokyo terimbas radiasi. Angkanya mencapai 210 becquerel iodine radioaktif per liter.
Zat radioaktif dari reaktor nuklir yang mengalami kerusakan di Fukushima, Jepang telah menyebar luas ke sumber-sumber persediaan air di kota-kota sekitarnya. Termasuk ke sumber cadangan air milik kota Tokyo.
Pada 23 Maret lalu, terdeteksi adanya kandungan iodine 131 tingkat tinggi dalam air di kawasan Tokyo. Saat paparan radiasi mencapai titik puncaknya itu, warga diminta tidak memberi minum anak balitanya dengan air dari pasokan air. Mereka disarankan memilih air dalam kemasan.
Ketakutan pun menyebar. Isu apakah radiasi telah menyebar ke seluruh Jepang dan khususnya apakah tingkat kontaminasi air sudah mencapai titik berbahaya, merebak di masyarakat.
Menurut Peter Caracappa, peneliti kesehatan dan pakar keamanan radiasi asal Renssealaer Polytechnic Institute, satu dosis radiasi 1-sievert (Sv) meningkatkan risiko kanker hingga 4 persen pada sepanjang hidup manusia. Artinya, jika ada 1.000 orang terkena radiasi dengan dosis 1 Sv, sekitar 40 di antaranya akan mengalami kanker selama sisa hidupnya.
Untuk mendapatkan dosis radiasi 1 Sv, seseorang perlu terkena 77 juta becquerel radioaktif iodine. Adapun pada titik kontaminasi tertinggi yang tercatat pada 23 Maret lalu, cadangan air Tokyo mengandung 210 becquerel iodine radioaktif per liter.
“Secara matematik, seseorang perlu meminum sekitar 370 ribu liter air itu agar terkena radiasi 1 Sv dan mendapat kenaikan risiko terkena kanker hingga 4 persen,” kata Caracappa, seperti dikutip dari Life Little Mysteries, 30 Maret 2011.
Jika orang minum dengan jumlah direkomendasikan, yakni delapan gelas air per hari, maka orang itu perlu meminum air mengandung iodine 131 seperti di sumber cadangan air Tokyo itu selama 530 tahun.
Mengingat saat ini tak ada yang bisa hidup selama 530 tahun, kata Caracappa, dan zat radioaktif iodine 131 menghilang dalam hitungan hari, sumber pemasok air Tokyo tak akan terkontaminasi selama itu.
Terbukti, sehari setelahnya, tingkat radiasi iodine telah turun ke angka 79 becquerel per liter. “Dengan informasi serta level dosis yang menyebar ke masyarakat, tampaknya tidak akan terjadi lonjakan kematian akibat kanker yang disebabkan oleh kerusakan fasilitas nuklir di Jepang,” sebut Caracappa.
• VIVAnews
Pada 23 Maret lalu, terdeteksi adanya kandungan iodine 131 tingkat tinggi dalam air di kawasan Tokyo. Saat paparan radiasi mencapai titik puncaknya itu, warga diminta tidak memberi minum anak balitanya dengan air dari pasokan air. Mereka disarankan memilih air dalam kemasan.
Ketakutan pun menyebar. Isu apakah radiasi telah menyebar ke seluruh Jepang dan khususnya apakah tingkat kontaminasi air sudah mencapai titik berbahaya, merebak di masyarakat.
Menurut Peter Caracappa, peneliti kesehatan dan pakar keamanan radiasi asal Renssealaer Polytechnic Institute, satu dosis radiasi 1-sievert (Sv) meningkatkan risiko kanker hingga 4 persen pada sepanjang hidup manusia. Artinya, jika ada 1.000 orang terkena radiasi dengan dosis 1 Sv, sekitar 40 di antaranya akan mengalami kanker selama sisa hidupnya.
Untuk mendapatkan dosis radiasi 1 Sv, seseorang perlu terkena 77 juta becquerel radioaktif iodine. Adapun pada titik kontaminasi tertinggi yang tercatat pada 23 Maret lalu, cadangan air Tokyo mengandung 210 becquerel iodine radioaktif per liter.
“Secara matematik, seseorang perlu meminum sekitar 370 ribu liter air itu agar terkena radiasi 1 Sv dan mendapat kenaikan risiko terkena kanker hingga 4 persen,” kata Caracappa, seperti dikutip dari Life Little Mysteries, 30 Maret 2011.
Jika orang minum dengan jumlah direkomendasikan, yakni delapan gelas air per hari, maka orang itu perlu meminum air mengandung iodine 131 seperti di sumber cadangan air Tokyo itu selama 530 tahun.
Mengingat saat ini tak ada yang bisa hidup selama 530 tahun, kata Caracappa, dan zat radioaktif iodine 131 menghilang dalam hitungan hari, sumber pemasok air Tokyo tak akan terkontaminasi selama itu.
Terbukti, sehari setelahnya, tingkat radiasi iodine telah turun ke angka 79 becquerel per liter. “Dengan informasi serta level dosis yang menyebar ke masyarakat, tampaknya tidak akan terjadi lonjakan kematian akibat kanker yang disebabkan oleh kerusakan fasilitas nuklir di Jepang,” sebut Caracappa.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar