Pasca gempa dan tsunami Jepang, pesanan bibit cemara udang meningkat drastis.
Musibah gempa 9,0 skala Richter yang disusul tsunami di Jepang, berdampak pada peningkatan penjualan bibit pohon cemara udang. Sebab, pohon ini terbukti mengurangi abrasi pantai dan diyakini sebagai benteng alami dari bencana tsunami.
Andrie Susilo peneliti dari PT Inmira yang berlokasi di Pantai Kuwaru, Bantul, DIY, menyatakan sebelum tsunami Jepang, pesanan bibit pohon cemara udang sangat terbatas yaitu sebanyak 500 batang setiap bulannya. Paska kejadian, pesanan dari berbagai tempat terus mengalir.
"Saat ini dalam satu bulan kita mendapatkan pesanan lebih dari seribu batang bibit cemara udang. Pesanan sifatnya tidak pribadi namun telah melibatkan instansi pemerintah yang mempunyai pantai seperti Purworejo, Sukabumi bahkan salah satu pemerintah daerah di Sulawesi juga memesan bibit cemara udang dari kami,”kata dia, Selasa 22 Maret 2011.
Dalam satu tahun kata Andri pihaknya mampu memproduksi bibit cemara udang hingga 30 ribu batang atau dalam satu bulannya sekitar 3.000 batang bibit. Pembibitan pohon cemara udang disesuaikan dengan pesanan karena untuk pemeliharaannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“Biasanya kita melakukan pembibitan sesuai dengan pesanan dari konsumen, namun juga untuk keperluan penelitian dari perusahaan,”paparnya.
Mengenai harga yang ditawarkan kepada konsumen Andrie mengaku satu bibit pohon cemara harganya sebesar Rp 10.000. Harga tersebut sudah termasuk pupuk, pendampingan teknologi hingga nantinya bibit cemara udang tersebut benar-benar hidup.
”Kami juga melayani penjualan yang sifatnya pribadi. Namun lebih kami utamakan penjualan yang bersifat berkelanjutan karena kita juga mengemban tugas penelitian dan tidak semata-mata bisnis,” tandasnya
Sementara Mugari salah seorang warga di Pantai Samas, Bantul menyatakan dalam kurun waktu satu tahun terakhir ini masyarakat telah mengembangkan usaha pencangkokan bibit cemara udang untuk keperluan penghijauan di Pantai Samas dan sekitarnya.
Usaha penghijauan yang dirintis satu tahun terakhir ini ternyata berdampak positif. Bibit pohon cemara yang ditanam mulai tumbuh dan lingkungan pantai yang dahulu terlihat tandus sekarang sudah mulai tampak menghijau.
”Kita juga berharap pohon cemara udang ini nantinya juga sebagai penghalang alami jika sewaktu-waktu terjadi gempa dan disusul dengan tsunami karena kawasan Pantai Selatan Yogyakarta ini termasuk daerah rawan bencana tsunami,”tandasnya
***
Bahwa cemara udang bisa menahan laju tsunami diperkuat oleh hasil penelitian. Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Dr Suhardi mengatakan, pembuatan lapisan cemara udang di sepanjang pantai dapat digunakan sebagai benteng untuk melindungi penduduk, sekaligus tempat berkembangnya satwa yang sangat peka dengan tanda-tanda terjadinya tsunami. Satwa ini nantinya dapat memberi isyarat kepada manusia saat gelombang raksasa datang.
Menurut dia, tumbuhan cemara udang juga mampu menahan tiupan angin kencang, hempasan gelombang laut, dan terpaan pasir yang bergulung di sepanjang pantai selatan, sehingga sangat baik digunakan sebagai `windbarier` di kawasan pantai yang rentan terhadap bahaya angin kencang atau badai selatan dan tsunami.
• VIVAnews
Andrie Susilo peneliti dari PT Inmira yang berlokasi di Pantai Kuwaru, Bantul, DIY, menyatakan sebelum tsunami Jepang, pesanan bibit pohon cemara udang sangat terbatas yaitu sebanyak 500 batang setiap bulannya. Paska kejadian, pesanan dari berbagai tempat terus mengalir.
"Saat ini dalam satu bulan kita mendapatkan pesanan lebih dari seribu batang bibit cemara udang. Pesanan sifatnya tidak pribadi namun telah melibatkan instansi pemerintah yang mempunyai pantai seperti Purworejo, Sukabumi bahkan salah satu pemerintah daerah di Sulawesi juga memesan bibit cemara udang dari kami,”kata dia, Selasa 22 Maret 2011.
Dalam satu tahun kata Andri pihaknya mampu memproduksi bibit cemara udang hingga 30 ribu batang atau dalam satu bulannya sekitar 3.000 batang bibit. Pembibitan pohon cemara udang disesuaikan dengan pesanan karena untuk pemeliharaannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“Biasanya kita melakukan pembibitan sesuai dengan pesanan dari konsumen, namun juga untuk keperluan penelitian dari perusahaan,”paparnya.
Mengenai harga yang ditawarkan kepada konsumen Andrie mengaku satu bibit pohon cemara harganya sebesar Rp 10.000. Harga tersebut sudah termasuk pupuk, pendampingan teknologi hingga nantinya bibit cemara udang tersebut benar-benar hidup.
”Kami juga melayani penjualan yang sifatnya pribadi. Namun lebih kami utamakan penjualan yang bersifat berkelanjutan karena kita juga mengemban tugas penelitian dan tidak semata-mata bisnis,” tandasnya
Sementara Mugari salah seorang warga di Pantai Samas, Bantul menyatakan dalam kurun waktu satu tahun terakhir ini masyarakat telah mengembangkan usaha pencangkokan bibit cemara udang untuk keperluan penghijauan di Pantai Samas dan sekitarnya.
Usaha penghijauan yang dirintis satu tahun terakhir ini ternyata berdampak positif. Bibit pohon cemara yang ditanam mulai tumbuh dan lingkungan pantai yang dahulu terlihat tandus sekarang sudah mulai tampak menghijau.
”Kita juga berharap pohon cemara udang ini nantinya juga sebagai penghalang alami jika sewaktu-waktu terjadi gempa dan disusul dengan tsunami karena kawasan Pantai Selatan Yogyakarta ini termasuk daerah rawan bencana tsunami,”tandasnya
***
Bahwa cemara udang bisa menahan laju tsunami diperkuat oleh hasil penelitian. Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Dr Suhardi mengatakan, pembuatan lapisan cemara udang di sepanjang pantai dapat digunakan sebagai benteng untuk melindungi penduduk, sekaligus tempat berkembangnya satwa yang sangat peka dengan tanda-tanda terjadinya tsunami. Satwa ini nantinya dapat memberi isyarat kepada manusia saat gelombang raksasa datang.
Menurut dia, tumbuhan cemara udang juga mampu menahan tiupan angin kencang, hempasan gelombang laut, dan terpaan pasir yang bergulung di sepanjang pantai selatan, sehingga sangat baik digunakan sebagai `windbarier` di kawasan pantai yang rentan terhadap bahaya angin kencang atau badai selatan dan tsunami.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar